Kisah Penghuni Tempat Paling Aman di Dunia dari Virus Corona


Tidak ada yang berbeda dengan kehidupan di Antartika, baik sebelum maupun selama pandemi virus corona. Hingga saat ini, tempat terdingin di dunia itu masih terbebas dari COVID-19.

Antartika sempat terancam penularan virus corona, ketika kapal-kapal pesiar yang mengangkut turis melintas di perairannya. Namun turis tidak sempat menginjakkan kakinya di sana, hingga akhirnya pelayaran wisata dihentikan sementara.

Saat ini Antartika sedang mengalami musim dingin, musim sepi turis sebelum pandemi corona, ditambah pembatasan perjalanan di banyak negara.

Di sini tersisa sekitar 5.000 ilmuwan dan peneliti yang hidup berdampingan dengan kawanan penguin, paus, anjing laut, dan elang laut.

Keri Nelson, koordinator administrasi di Stasiun Palmer Pulau Anvers, stasiun Amerika Serikat paling utara di Antartika, adalah salah satu penghuni di sini.

Tempat teraman di dunia

"Saya rasa tidak ada orang di sini yang tidak bersyukur bahwa mereka ada di sini di saat pandemi virus corona tengah melanda dunia," katanya seperti yang dikutip dari CNN Travel pada Senin (11/5).

"Beberapa orang bersiap untuk pulang demi membantu negaranya, namun masih banyak yang memilih tinggal di sini."

Robert Taylor yang ditempatkan di Stasiun Rothera, sebuah pangkalan Survei Antartika Inggris (BAS) di Pulau Adelaide, di lepas pantai barat Semenanjung Antartika, juga mengatakan hal senada.

Pria berusia 29 tahun asal Skotlandia itu bekerja sebagai pemandu lapangan, memberikan bantuan kepada ilmuwan dan peneliti untuk memastikan semua pekerjaan dan perjalanan dilakukan dengan aman.

Selama berada di Antartika, ia tak menyangka bahwa pandemi virus corona menjadi krisis yang gawat di dunia.

"Saya ingat laporan yang dirilis China pada awal Januari," kata Taylor, yang tiba di Antartika sekitar enam bulan lalu.

"Kemudian beberapa kasus Inggris pertama, dan berpikir bahwa virus itu adalah sesuatu yang biasa saja, itu tidak akan mempengaruhi saya.

"Saya sadar pandemi ini gawat, saat kasus semakin menyebar dan sering menjadi pemberitaan di media."


Efek ke pariwisata

Saat ini Taylor mengkhawatirkan keluarganya, terutama neneknya.

"Ini seperti sedang berada di bulan dan melihat ke bumi," tambahnya.

"Kita bisa melihat apa yang terjadi, tetapi dari jauh."

Pariwisata telah berkembang pesat di Antartika dalam beberapa tahun terakhir, dengan pesiar wisata di Arktik menjadi semakin populer.

Menurut Asosiasi Internasional untuk Operator Tur Antartika, sekitar 56.168 wisatawan mengunjungi benua itu sepanjang tahun 2018 hingga 2019, menandai peningkatan 40 persen dari tahun sebelumnya.

Sekitar 78.500 wisatawan diperkirakan datang selama tahun 2019 hingga 2020 - musim wisata di Antartika berlangsung dari November hingga akhir Maret.

Di saat yang sama, sejumlah stasiun penelitian milik negara berbenah dengan biaya renovasi jutaan dolar, seperti Stasiun McMurdo milik Amerika Serikat dan Stasiun Scott Base milik Selandia baru.

Namun, sejumlah stasiun mulai membatasi kunjungan wisatawan di awal tahun ini, karena virus corona mulai menyebar di seluruh dunia dan Antartika menerapkan lockdown, dengan semua kunjungan wisatawan dibatalkan.

Lockdown dilakukan tepat sebelum kapal pesiar yang mengangkut turis asal Australia dan Selandia Baru mampir, yang tak lama dievakuasi karena hampir 60 persen penumpangnya positif virus corona.

Nelson, yang sering mengoordinasikan kunjungan ke Stasiun Palmer Station, mengatakan stasiun penelitian itu menyambut ribuan orang tahun lalu, tetapi jumlahnya menurun tahun ini karena pandemi virus corona.

"Beberapa kapal singgah untuk tur stasiun, dan kami juga melakukan perjalanan ke kapal yang lebih besar untuk memberi kelas," jelasnya.

"Pada akhir Januari, ketika kami menyaksikan semua ini terjadi, kami berhenti menerima kunjungan, jadi ada lebih sedikit pengunjung ke Stasiun Palmer pada musim panas tahun ini."

Sulit untuk mengatakan dampak sepinya turis pada industri pariwisata Antartika dalam jangka panjang. Jumlah kedatangan turis memang dibatasi demi menjaga kelestarian alamnya.

Operator tur IAATO tidak diizinkan melabuhkan kapal dengan lebih dari 500 penumpang, dan semua berkoordinasi satu sama lain untuk memastikan hanya ada satu kapal di lokasi berlabuh pada waktu tertentu.

Menghibur diri

Nelson, yang membagi waktunya antara Midwest dan San Francisco selama di Amerika Serikat, sebelumnya bekerja di Stasiun McMurdo dan Stasiun Kutub Selatan, sebelum pindah ke Stasiun Palmer, yang saat ini memiliki populasi hanya 20 orang.

Wanita berusia 45 tahun ini, yang memamerkan pengalaman Antartika di akun Instagram Simply Antarctica, mengakui sempat kesepian, bahkan sebelum pandemi virus corona membuat turis tak lagi datang.

"Saya mencoba mencari cara untuk menghibur diri dengan melakukan hobi," katanya.

"Saya juga selalu mengingatkan diri bahwa berada di Antartika saat ini adalah suatu kemewahan."

Nelson biasanya menghabiskan hari dengan memandangi langit, laut, dan daratan es di Antarika. Terkadang ada hewan liar yang melintas, seakan mengajaknya bermain.

"Intinya adalah, bagian Antartika ini sangatlah cantik," katanya.

"Dan tidak sulit sama sekali untuk membiasakan diri, dan menghibur diri di tempat yang indah ini."

Taylor rencananya akan pulang ke Inggris pada April 2021, namun ia masih melihat perkembangan baru.

"Mereka mengatakan menghabiskan satu musim di Antartika mengubahmu," katanya.

"Tapi dunia akan berubah setelah pandemi ini berakhir."

"Di sini kami melanjutkan hidup seolah-olah virus corona tidak terjadi. Kami memiliki pusat kebugaran, ruang musik, perpustakaan, ruang menonton ... semua hal yang kami anggap remeh sebelumnya."

Menghibur diri

Nelson, yang membagi waktunya antara Midwest dan San Francisco selama di Amerika Serikat, sebelumnya bekerja di Stasiun McMurdo dan Stasiun Kutub Selatan, sebelum pindah ke Stasiun Palmer, yang saat ini memiliki populasi hanya 20 orang.

Wanita berusia 45 tahun ini, yang memamerkan pengalaman Antartika di akun Instagram Simply Antarctica, mengakui sempat kesepian, bahkan sebelum pandemi virus corona membuat turis tak lagi datang.

"Saya mencoba mencari cara untuk menghibur diri dengan melakukan hobi," katanya.

"Saya juga selalu mengingatkan diri bahwa berada di Antartika saat ini adalah suatu kemewahan."

Nelson biasanya menghabiskan hari dengan memandangi langit, laut, dan daratan es di Antarika. Terkadang ada hewan liar yang melintas, seakan mengajaknya bermain.

"Intinya adalah, bagian Antartika ini sangatlah cantik," katanya.

"Dan tidak sulit sama sekali untuk membiasakan diri, dan menghibur diri di tempat yang indah ini."

Taylor rencananya akan pulang ke Inggris pada April 2021, namun ia masih melihat perkembangan baru.

"Mereka mengatakan menghabiskan satu musim di Antartika mengubahmu," katanya.

"Tapi dunia akan berubah setelah pandemi ini berakhir."

"Di sini kami melanjutkan hidup seolah-olah virus corona tidak terjadi. Kami memiliki pusat kebugaran, ruang musik, perpustakaan, ruang menonton ... semua hal yang kami anggap remeh sebelumnya."

Sumber : cnnindonesia.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel