Dikenal Sederhana dan Tak Pikirkan Materi, Padahal Sekali Manggung Dibayar Fantastis


Kepergian penyanyi campursari kondang Didi Kempot untuk selamanya mengejutkan banyak pihak.

Khususnya para penggemar beratnya dari berbagai daerah di Indonesia.

Nama Didi Kempot ramai digaungkan di media sosial terutama di Twitter, hingga membuat namanya trending di sana.

Pemberitaan wafatnya Didi Kempot pun meramaikan lini masa di Facebook hingga WhatsApp Story.

Belakangan, nama Didi Kempot memang ramai dielu-elukan penggemarnya.

Didi Kempot pernah sangat Fenomenal di tahun 90-an dengan tembang Stasiun Balapan.

Setelah lama tak tersorot media dan sempat meredup pamornya, kini Didi kembali naik daun.

Dulu ia hanya dikenal oleh sejumlah kalangan saja, khsusunya kalangan bapak-bapak.

Kini yang menggandrungi tembang campursari Didi Kempot ternyata tak hanya orang tua, melainkan juga anak-anak muda millenial.

Diberitakan hot.grid.id, tembang-tembang campursari bertemakan seputar kisah cinta yang dibawakan Didi Kempot ternyata berhasil masuk ke dalam segmentasi anak muda millenial.

Walaupun sebagian besar tembangnya menggunakan bahasa jawa, namun hal tersebut ternyata bukan menjadi penghalang Didi untuk memasarkan karyanya.

Belakangan ini muncul sebuah nama "Sobat Ambyar".

Ternyata nama tersebut adalah salah satu komunitas baru yang merupakan penggemar berat Didi Kempot.

Komunitas ini semakin eksis seiring semakin naiknya popularitas Didi Kempot, yang mereka sebut dengan "Lord Didi".

Eksistensi komunitas Sobat Ambyar salah satunya melalui media sosial Instagram, dengan akun @sobatambyar.

Ada sebutan “Sad Boys” untuk penggemar laki-laki, dan “Sad Girls” untuk para penggemar Didi Kempot yang perempuan.

Sebutan ini pun berasal dari lagu-lagu "Godfather of Broken Heart" yang sebagian besar mengisahkan tentang kesedihan dan patah hati.

Didi Kempot dikenal sebagai penyanyi asal Solo yang konsisten membawakan lagu-lagu berbahasa Jawa sejak 1989 hingga saat ini.

Tak lagi terhitung berapa persisnya jumlah lagu yang telah ia ciptakan. Berdasarkan pengakuan Didi, lagu yang telah diciptakannya berkisar 700-800 judul lagu.

Beberapa di antaranya “Stasiun Balapan”, “Cidro”, “Banyu Langit”, dan “Tanjung Mas Ninggal Janji”.

Tak heran jika sekali manggung, bayarannya cukup fantastis.

Melonjaknya kepopuleran Didi Kempot tentu saja membawa pengaruh terhadap tarif manggungnya.

Dilansir dari Tribunnews.com, untuk mendatangkan Didi Kempot, biaya yang dikeluarkan Pemkab Wonogiri berkisar Rp 95 juta untuk pentas berdurasi satu jam.

Namun harga itu belum termasuk dengan fasilitas lainnya seperti hotel, transit, sound system, dan panggung.

Jika ditotal biaya keseluruhan hampir menyentuh Rp200 juta.

Meski begitu, sosok Didi Kempot dikenal sangat sederhana.

Wali Kota Solo menyebutkan, Didi Kempot bahkan tak begitu memikirkan materi.

"Mas Didi ini orangnya sederhana, tidak pernah memikirkan materi," ujar Rudy, dikutip dari siaran langsung YouTube Kompas TV, Selasa (5/5/2020).

Rudy mengaku terkejut atas kepergian pemilik lagu Stasiun Balapan ini.

Sebenarnya, Selasa ini ia dan Didi Kempot akan bertemu.

"Saya syok, karena sebenarnya hari ini beliau mau bagi-bagi rezeki," ungkapnya.

Ia pun meminta agar masyarakat mendoakan kepergian Didi Kempot ini.

Rudy juga meminta agar para musisi bisa melanjutkan perjuangan Didi Kempot untuk berkarya.

"Kita doakan saja agar arwahnya diterima Tuhan. Segala perbuatan baik diterima."

"Kita yang ditinggalkan seperti teman-teman musisi agar bisa melanjutkan karyanya," imbuhnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel